.
.
Terimbau kembali, saat Allah menghadirkan suatu bentuk
rezeki yang tidak pernah dibayangkan.
Mungkin juga, tidak pernah langsung diungkapkan dalam
bait-bait doa.
Tetapi kerana Allah adalah pemilih hati dan jiwa ini,
Dialah yang mengetahui setiap sudut keperluan hamba-hambaNya.
.
.
.
Allah tahu, hati itu merindukan sentuhan,
.
.
.
Allah tahu, hati itu merindukan sentuhan,
Maka Allah mentakdirkannya disentuh dengan Kalam-kalam
Al-Quran.
Allah tahu, jiwa itu menagih kekuatan,
Maka diujinya dengan pelbagai ‘kesakitan’ dan ‘kepayahan’.
Dan Allah tahu, jasad itu perlukan teman.
Maka dititipkan kepadanya insan, pengubat kesunyian.
.
.
.
.
.
.
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.
Atas segala kurniannya, dia menjadi lebih tahu utk
menghargai dan memaknai setiap nafas yg dimiliki.
Benar, kata orang cerdik pandai, ‘mempunyai sahabat yg baik
itu adalah rezeki terindah’
Di sana, mungkin ada jiwa yg selalu mengharapkan hadirnya
seorang teman di sisi.
Namun, Allah itu lebih mengetahui.
Tidak diberikannya seorang teman, malah diberikannya
ketenangan dan kekuatan.
Mungkin juga dikirimkan kepadanya sebanyak mungkin teman
yang solehah.
Maka, beruntungnya dia saat ingatan temannya terzahir dgn
lafaz-lafaz doa yg indah buat dirinya.
Di sana juga, ada insan yg berteman, tp asasnya tidak
hakiki, maka terputus di tengah jalan.
.
.
.
.
.
.
Insan yang pernah mengalami, pasti merasai keindahan dan
kebahagiaanya..
Di saat kebimbangan bersarang di jiwa, dia hadir meleraikan.
Di saat kesedihan menyelubungi, dia ada menenangkan.
Di saat kaki tak kuat utk melangkah, dia hadir
memotivasikan.
Tawa mesra & gurau senda memecahkan segala keresahan.
Peringatannya menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
Amalnya menghadirkan rasa cemburu dalam diri.
Lantas, digandakan amal dirinya agar selari dgn temannya.
.
.
.
.
.
.
Namun, yang paling indah adalah saat dia bisa ‘berjalan’ dgn
temannya di atas jalan dakwah
Menjejaki sunnah terbesar Nabi dengan 2 hati.
Sepertimana Musa dan Harun mendakwahi Firaun, Qarun dan
Samiri,
Mereka itu saling menguatkan dan memerlukan.
Kata Musa dalam doanya, Ushdud bihii azrii, wa asyrikhu fi
amri.
Kerana saat berdua, Mereka pasti bisa banyak memujiMu dan
mengingatiMu.
.
.
.
.
.
.
Kurenungkan kisah mereka saat ukhuwah teruji, dgn harapan
hati ini terubati.
Musa juga terganggu emosi, saat kaumNya berpaling dari
kebenaran hakiki.
Maka merayu Harun agar tak disalahanggapi, kerana dia telah pon menunaikan
apa yg diamanati.
Namun, Allah jua lah yg Maha Menguasai atas setiap sesuatu.
Itu kisah mereka, 2 insan yg Allah pelihara dari melakukan
dosa.
.
.
.
.
.
.
Dan kita, hanyalah hamba biasa.
Yang tidak terlepas dari terpalit dengan dosa-dosa.
Yaa, tidak menjaga hak sahabatnya juga 1 dosa.
Namun bukankah Allah mengatakan, sebaik-baik pendosa adalah
yg bertaubat?
Dan bukankah juga Allah menyatakan, “perbaikanlah antara
saudara kamu?”
.
.
.
.
.
.
Saat ini, Kunukilkan rasa hati dalam lembaran tersendiri,
meluahkan rasa rindu yang tak terungkapi.
Kufailkan segala memori, agar mampu menemani hari-hari sepi.
Kutitipkan doa di malam hari, agar rasa kasih ini berpanjangan
hingga syurgawi.
Kita tidak pernah mengerti apa hikmah yg tersembunyi,
Ada kala, aku cuba lari. Menghilangkan segala memori.
Saat itu, aku pasti syaitan bersorak, meraikan retaknya
ikatan ukhuwahfillah.
Di suatu sisi, aku kembali merasa berdosa, kerana yg brtindak
sedemikian adalah nafsuku.
.
.
.
.
.
.
Aku menanti-nanti hari kau titipkan ‘mesej’ , walaupun
dengan selafaz salam.
Namun, hari-hariku sepi, sunyi. Aku buntu , Aku keliru.
Namun kerana sygnya aku terhadap ukhuwah ini, kutitipkan
kepadamu kalamullah,
Dan mungkin bait-bait ulama’. ‘
Meskipon hakikatnya, akulah yg teramat memerlukan segala
bentuk peringatan.
Atas segala kesakitan dan kepayahan yg aku alami, yg mungkin
tidak kau ketahui.
Dan mungkin juga, kau
merasakan kesakitan dan kepayahan yg aku juga tidak ketahui.
.
.
.
.
.
.
Tapi percayalah, diri ini merindui segala kenangan setiap
masa dan ketika.
Dan jarak itu sebenarnya tidak memisahkan, malah sunyi dari
sapaan itulah yg menjauhkan.
Aku tidak mengetahui, ke mana ujian ini kan terarah.
Malah aku takut utk membayangkan segala kemungkinan yg
terjadi.
Tapi yg aku pasti, kita bisa melewatinya. Andai kita berdua
menginginkannya.
.
.
.
.
.
.
Aku tahu, aku bukanlah teman terbaik bg diri kamu.
Tiada saat kau memerlukan, tak memahami saat kau kebuntuan,
tidak dimotivasikan saat kejatuhan.
Aku sedar, aku lemah. Serba kekurangan.
Dan mungkin aku takkan pernah mampu utk mncapai tahap itu.
Tapi dalam segala bentuk kelemahan yg aku punya, Allah masih
mngurniakan teman sebaik kamu.
Dan itu antara nikmat terbesar yg aku kecapi selepas nikmat
islam, iman dan tarbiyah.
.
.
.
bukan 1 hati utk mmperbaiki hubungan ini.
Bukankah dahulu kita meyakini bahawa kita ditakdirkan utk
saling melengkapi?
No comments:
Post a Comment